HeadlinePemerintahan

Isu Krusial Transisi Energi, Wamen PU Desak Kota Surabaya Punya Lembaga Sertifikasi Bangunan Hijau

4
×

Isu Krusial Transisi Energi, Wamen PU Desak Kota Surabaya Punya Lembaga Sertifikasi Bangunan Hijau

Sebarkan artikel ini

SURABAYA, analisapublik.id – Transisi energi dan upaya dekarbonisasi menjadi sorotan utama dalam pertemuan kepala daerah di Surabaya. Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya, Asosiasi Pemerintah Kota Seluruh Indonesia (APEKSI), dan Sustainable Energy Transition in Indonesia (SETI) menggelar Knowledge Management Forum (KMF) 2025 di Vasa Hotel Surabaya, Selasa (28/10/2025), membahas langkah strategis mengubah bangunan gedung menjadi pilar ketahanan iklim.

Forum ini dihadiri langsung oleh Wakil Menteri Pekerjaan Umum (Wamen PU) RI, Diana Kusumastuti, Direktur Eksekutif APEKSI, Alwis Rustam, serta sejumlah kepala daerah seperti Wali Kota Banda Aceh, Illiza Sa’aduddin Djamal, Wali Kota Tegal, Dedy Yon Supriyono, dan Wali Kota Magelang, Damar Prasetyono.

Wamen PU, Diana Kusumastuti, mengungkapkan tantangan serius di tengah perubahan iklim. Menurut data Badan Energi Internasional (2022), sektor bangunan gedung berkontribusi besar terhadap emisi global, mencapai sepertiga dari total emisi sistem energi.

“Sekitar sepertiga emisi sistem energi berasal dari sektor bangunan gedung, yaitu 26 persen dari operasional dan 7 persen dari material konstruksi, seperti semen, baja, dan juga aluminium,” kata Diana.

Di Indonesia, kondisi serupa terjadi. Hampir sepertiga konsumsi energi domestik berasal dari bangunan. Diana menyoroti, penyumbang emisi terbesar dalam operasional bangunan (sekitar 60-70 persen) adalah sistem pendingin udara atau air conditioner (AC).

Menurutnya, transformasi sektor bangunan menjadi lebih hijau dan cerdas bukan lagi pilihan, melainkan suatu keharusan.

“Saya mendorong kabupaten/kota dan daerah-daerah harusnya memiliki sekretariat atau lembaga untuk sertifikasi tersebut (transformasi bangunan hijau). Kami menarget Net-zero emission itu 2060 dengan komitmen penurunan emisi sebesar 31,89 persen secara mandiri,” terang Diana.

Ia berharap, KMF 2025 menjadi ruang strategis untuk memperkuat kolaborasi, khususnya dalam mengadopsi teknologi pendingin hemat energi dan pengurangan konsumsi energi.

Direktur Eksekutif APEKSI, Alwis Rustam, mewakili Ketua Dewan Pengurus APEKSI, Eri Cahyadi, menjelaskan bahwa forum ini membahas berbagai isu antar sektoral, mulai dari regulasi, kelembagaan, hingga Sumber Daya Manusia (SDM).

“Kegiatan ini sebagai platform untuk mengubah kebijakan menjadi kolaborasi aksi, menjadikan bangunan hijau bukan sekadar komitmen simbolik, akan tetapi juga menjadi tulang punggung ketahanan iklim di kota-kota Indonesia ke depannya,” kata Alwis.

Kegiatan bertajuk “Menuju Kota Berkelanjutan Melalui Penerapan Transisi Energi di Bangunan Gedung” ini bertujuan untuk berbagi pengetahuan, merumuskan rekomendasi kebijakan terintegrasi, dan menyusun peta jalan (roadmap) transisi energi perkotaan.

Alwis menambahkan, APEKSI akan menindaklanjuti hasil KMF dengan menyinergikannya dalam agenda Rakernas APEKSI serta kerja sama proyek ke depan bersama Koordinator SETI, Johannes Anhorn, dan mitra lain. Rencananya, para peserta juga akan melakukan kunjungan lapangan ke sejumlah RSUD di Surabaya.

(Res)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *